Saturday 7 April 2012

KEMELUT HIDUP


Saat menyapa senyummu di ufuk timur
kerlip sinarnya menyelit malu di balik awan
dedaunan masih bermandi embun
kembang pagi mengungu megah
lalu kita pun berbicara tentang rezeki
bersama secawan kopi dan sepotong roti.

Mentari pun makin menyerlah
keringat menitis memunggah laba
hitungan hari bersahaja
tanpa sedar tahun makin tua
sedang kemelut nasib tak merubah warna
selamanya di dalam sesak
lorong hidup tetap menyempit
dalam rongga nafas dan bebanan hidup.

Malam pun mula datang berlenggang
jingga senja makin terbenam
penat lelah belum pun hilang
besukkan jelang lagi
andai warnanya tetap sama
dan dada masih berombak
lalu takdir yang bisa melukis
pudar terangnya di kanvas hidup.

No comments:

Post a Comment